PELATIHAN PENGELOLAAN BLOG
Kandangan - Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada Selasa, 29 Oktober 2013 melaksanakan Pelatihan Pengelolaan Blog di Lingkup Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang bertempat di Gedung Kesenian, Kandangan. Acara ini langsung dibuka oleh Wakil Bupati Hulu Sungai Selatan, H. Ardiansyah, S.Hut.
PLAKAT WAHANA TATA NUGRAHA
Penghargaan Wahana Tata Nugraha adalah penghargaan yang diberikan Pemerintah Republik Indonesia kepada kota-kota yang mampu menata transportasi publik dengan baik. Penghargaan ini diberikan setiap tahun, biasanya pada bulan April.
Operasi Bersama Uji Petik Kendaraan Bermotor
Dishubkominfo Kab. HSS bekerjasama dengan POLRES HSS dan PT Jasa Raharja Perwakilan Kandangan akan melaksanakan Pengawasan dan Pemeriksaan surat-surat kendaraan angkutan orang/barang pada tanggal 17 September 2010 di depan Gedung Olah Raga dan Seni (GOS) Jl. Aluh Idut Kandangan.
Rabu, 18 Juni 2014
- Melaksanakan koordinasi secara terpadu berkelanjutan dengan Dinas/Instansi/Badan dan masyarakat terkait dalam rangka pelaksanaan pengendalian dan pengaturan lalu lintas dan angkutan jalan;
- Mengadakan pendataan, pembinaan dan evaluasi penanganan secara profesional sesuai tupoksi terhadap masalah yang timbul berkaitan dengan upaya mewujudkan tertib lalu lintas;
- Menyampaikan laporan secara rutin mengenai hasil kajian kegiatan sebagaimana dimaksud dalam point 1 dan 2 kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
Minggu, 15 Juni 2014
Senin, 28 Oktober 2013
Senin, 05 November 2012
Wisata, Budaya dan Kuliner
1. AIR TERJUN HARATAI
Kawasan Air Terjun Haratai terletak di Desa Haratai Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Lokasi tersebut dapat dicapai dengan menggunakan roda 2 (dua) atau berjalan kaki, melewati hutan bambu, kebun karet dan kayu manis, sehingga menawarkan keindahan dan nilai petualangan yang tinggi.
Air terjun Haratai merupakan air terjun bertingkat 3 (tiga) dengan ketinggian masing – masing sekitar 15 meter. Curah air yang deras ditampung ke dalam sebuah telaga kemudian dialirkan melalui sebuah sungai kecil berbatu – batu besar ke aliran Sungai Amandit.
Pada telaga itulah para wisatawan mandi dan berenang atau sekedar duduk – duduk santai seraya bercengkerama di atas batu – batu besar di tengah sungai. Ditempat ini tersedia fasilitas berupa tempat ganti pakaian, gazebo.
2. AIR TERJUN KILAT API
Air Terjun Kilat Api terletak di Desa Hulu Banyu 32 km dari Kota Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Ditempat ini menawarkan suasana kesejukan dan kenyamanan apalagi kalau berwisata ke tempat ini bersama keluarga, lapangan yang luas ditumbuhi hutan bambu dan pepohonan besar, dibawah rindangnya dedaunan anda dan keluarga bisa membangun tenda tempat memasak, untuk makan – makan sambil bercengkerama bersama keluarga, air sungai yang jernih mengalir mengundang selera untuk segera menceburkan diri bermandi ria sekedar untuk menyegarkan badan.
Suasana liburan andapun akan terasa akan lebih terpuasi apabila anda bermalam di tempat ini, dengan membangun kemah secukupnya maka suasana alam yang indah dibalut dengan rimbunnya hutan akan memberikan pengalaman baru yang tidak anda temui di tempat lain.
Tersedia beberapa fasilitas yaitu tempat ganti pakaian, gazebo dan kolam pemandian.
3. AIR PANAS DAN COTTAGE TANUHI
Air Panas Tanuhi terletak di Desa Tanuhi Kecamatan Loksado kurang lebih 32 km dari Kandangan Ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat).
Obyek wisata Air Panas Tanuhi dilengkapi dengan 10 buah cottage dengan 20 buah kamar tidur, 2 buah kolam renang, 1 buah kolam perendaman air panas, aula dengan kapasitas 75 orang, sarana olah raga berupa lapangan tenis, 2 buah gazebo untuk berteduh sambil santai, sarana bermain untuk anak – anak, mushalla, cafetaria dan kamar ganti pakaian untuk umum.
Berwisata ke Air Panas Tanuhi akan terasa tidak lengkap apabila anda tidak mengajak seluruh keluarga, karena bermalam di tempat ini lebih dari sekedar berlibur namun anda dan keluarga akan mendapatkan kenangan tersendiri yang tidak akan anda temui di tempat lain, sebab ketika anda berada di sini anda dapat menikmati panorama alam pegunungan yang sejuk sekaligus merasakan hangatnya air panas bumi Tanuhi yang alami ketika terasa penat. Berendam di kolam air panas Tanuhi merupakan pilihan tepat untuk menghilangkan penat / stres akibat rutinitas kerja dan mengembalikan kebugaran tubuh. Perasaan teduh dan damai, pikiran yang jernih serta hati yang sejuk senantiasa akan anda temukan ketika anda berada di tempat ini.
4. BALANTING PARING (BAMBOO RAFTING)
ARUNG JERAM DENGAN RAKIT BAMBU
Bamboo Rafting (balanting paring) merupakan puncak dari serangkaian berwisata alam di Loksado. Pada awalnya lanting paring ini merupakan alat transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan hasil bumi mereka ke Kota Kandangan melalui Sungai Amandit yang berliku – liku.
Lanting yang dibentuk artistik ini mampu mengarungi jeram yang bercadas dan berarus deras. Karena keunikannya, maka memancing para wisatawan untuk merasakan sensasi petualangan mengarungi Sungai Amandit dengan lanting paring ini. Bercengkerama dengan riam dan jeram berarus deras seraya berhanyut di atas rakit bambu sambil menikmati panorama alam yang indah sepanjang pinggiran sungai yang eksotis akan memberikan kesan tersendiri. Petualangan mengarungi Sungai Amandit dengan rakit bambu ini didampingi oleh pemandu lanting yang terlatih sehingga wisatawan bisa dengan leluasa menikmati serunya petualangan ini.
Ada 2 (dua) trip yang ditawarkan, pertama short trip yaitu pengarungan pendek dengan jarak tempuh kurang lebih 3 (tiga) jam, pengarungan dimulai dari Dermaga Pasar Loksado sampai ke Muara Tanuhi, kedua long trip yaitu pengarungan yang memakan waktu kurang lebih 2 (dua) hari diawali dari Loksado dan diakhiri di Kandangan
WISATA ALAM ALTERNATIF DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN
5. GOA MANDALA DI KECAMATAN TELAGA LANGSAT
6. KERBAU RAWA DI NEGARA
7. PETUALANGAN MENJELAJAH DANAU MENUJU KALANG KERBAU DISELINGI AKTIFITAS MEMANCING IKAN BAGI PANCING MANIA
ARUH ADAT MASYARAKAT DAYAK MERATUS
Aruh adalah salah satu upacara ritual yang mengiringi kebudayaan huma dari Suku Dayak Meratus yang mendiami kaki hunjuran Pegunungan Meratus di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Penduduk Loksado di dominasi oleh etnik Dayak yang sebagian besar menganut kepercayaan Kaharingan. Sebagian besar dari mereka masih tinggal di dalam rumah besar yang disebut Balai.
Aruh dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas hasil panen yang dilimpahkan oleh Yang Maha Kuasa kepada seluruh warga. Ditiap Balai pada waktu yang bervariasi dilaksanakan upacara ritual pasca panen yang dinamakan Aruh Ganal Bawanang, yaitu sebuah ritual yang dilaksanakan di dalam balai. Lama Aruh Ganal atau pesta besar itu antara 3 sampai 7 hari, tergantung dari perolehan hasil pertanian mereka.
Saat malam berbulan setengah bayang, bunyi gamelan bertalu – talu, berpadu dengan lengkingan serunai bambu, lalu muncul dengung rapalan mantera para balian (dukun), penghubung antara alam nyata dengan alam supra natura yang seakan berebut menjangkau nada – nada tinggi. Suara – suara itu seperti berasal dari dunia lain, menyusur malam, mengalir dan terhempas dari jeram khayali yang entah dimana.
Balai akan ramai, lantai bambu berderak – derak oleh hentakan kaki para penari. Perempuan – perempuan balai akan meliuk gemulai dalam Tari Bangsai, sementara para lelakinya meliuk – liuk seperti elang terbang lewat Tari Kanjar. Mereka bergerak memutari lalaya, sebutan untuk sntrum upacara berhias janur – janur pucuk enau.
Saat malam rebah tiang, bunyi gemerincing Galang Hiyang (gelang khusus terbuat dari perunggu) di tangan para balian semakin nyaring bergemerincing. Sambil menari – nari para balian itu menggotong binatang korban untuk disembelih pada upacara Badulang Darah, sebagai puncak upacara penunai hajat kepada Yang Maha Kuasa dalam kepercayaan Dayak Meratus.
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, pernik budaya yang dicuatkan oleh Agama Islam tumbuh dan terpelihara dengan baik, banyak upacara daur ulang kehidupan yang merupakan warisan budaya sebagai daya tarik wisata religius. Pada saat – saat tertentu masih dilaksanakan kegiatan budaya seperti menyanggar Danau Bangkau, Badua Salamat Mahanyari Banih, Batumbang, Maayun Anak, Bamandi-Mandi, Bamulud (Maulid Nabi SAW), Bagarakan Sahur, Malam Takbiran, Halal Bi Halal, dll.
Maraknya Majelis Ta’lim yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan menjadi magnet wisata religi yang mampu mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah di luar Kabupaten Hulu Sungai Selatan, bahkan di luar Kalimantan Selatan.
Mesjid Su’ada atau Mesjid Baangkat merupakan mesjid peninggalan para ulama yang sangat berjasa menegakkan kalimat tauhid membentuk manusia yang beriman dan berakhlak mulia di Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Bangunan mesjid ini berdiri di atas tongkat kayu ulin (kayu besi) menjulang tinggi, bertingkat 3 (tiga) dengan bentuk induk persegi empat mempunyai loteng penutup gawang / puncak petaka, dihiasi dengan cabang – cabang yang berbunga dan berbuah, megah berkilauan, memberi makna kesempurnaan ma’arif. Mesjid ini menjadi kebanggaan masyarakat dan dijadikan lambang daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdapat banyak makam para ulama penyebar Agama Islam, antara lain Makam Datu Akhmad (Al Allamah Syekh H. Akhmad) di Desa Balimau Kecamatan Kalumpang, Makam Al Allamah Syekh H. Sa’duddin (H. M. Thayib) di Desa Taniran Kecamatan Angkinang.
Para ulama tersebut menyebarkan dan mendakwahkan serta mengajarkan berbagai bidang ilmu ke Islaman secara ikhlas, tanpa pamrih, semata – mata menjunjung tinggi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan mengharap maghfirah dan ridha Allah SWT, makam – makam para ulama tersebut menjadi daya tarik wisata bagi kamum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan lawatan (ziarah) Wisata Religi ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Dodol merupakan kue khas Kandangan yang terbuat dari beras ketan, gula merah dan santan kelapa. Diolah dengan peralatan tradisional yang turun temurun, merupakan makanan souvenir bagi wisatawan Nusantara maupun Manca Negara.
Bila anda berwisata ke Kabupaten Hulu Sungai Selatan, maka jangan lupa untuk mencicipi kue khas ini. Hampir di sepanjang pinggiran jalan di Kandangan dapat ditemukan penjualan kue ini.
2. KETUPAT KANDANGAN
Ketupat Kandangan, merupakan menu khas yang menjadi sangat akrab dengan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya.
Apalagi di Kotan asalnya Kandangan, panganan ini sangat terkenal selain dodol, banyak warung makan di Kandangan yang menyediakan makanan khas ini.
Menu khas ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan ketupat pada umumnya. Kalau di daerah lain menemukan ketupat hanya pada saat – saat tertentu, tidak demikian dengan di Kandangan, setiap saat anda akan menemukan yang namanya ketupat.
3. MANISAN TOMAT
Manisan tomat terbuat dari tomat yang sudah masak diawetkan dan diberi gula. Makanan ini banyak didapati di kedai – kedai dipinggir jalan di Kota Kandangan.
4. KERUPUK SINGKONG
Kerupuk Singkong terbuat dari bahan singkong yang dihaluskan dicampur dengan bumbu khusus, sehingga menimbulkan cita rasa yang gurih dan nikmat
Beberapa anggrek khas Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang reputasinya sudah dikenal Dunia Internasional antara lain adalah Phalaenopsis, Cornucervi, Gramatophyllum Speciosum atau “Anggrek Macan”, dan lainnya.
Selain anggrek – anggrek tersebut terdapat di hutan, saat ini di Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan juga dikembangkan penangkaran anggrek oleh masyarakat setempat, baik perorangan maupun secara kelompok, sehingga kelestarian anggrek di habitat aslinya tetap terjaga.
Lomba ini dilaksanakan setiap tahun dalam rangkaian memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan.
Peserta merupakan tim terdiri dari putra / putri atau campuran antara 3 sampai 7 orang. Lomba ini diselenggarakan pada tanggal 17 Mei setiap tahun
2. LOMBA NANAG DAN GALUH BANJAR
Lomba Nanag dan Galuh Banjar diselenggarakan pada Bulan Juni setiap tahun. Lomba ini dimaksudkan untuk menggali kemampuan para peserta dalam penguasaannya terhadap budaya dan seni serta produk dan potensi wisata daerah untuk selanjutnya dijadikan Duta Wisata untuk mempromosikan Potensi Budaya dan Wisata daerahnya. Lomba ini diikuti oleh para Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Umum.
3. LOMBA DAYUNG PERAHU NAGA
Event ini diselenggarakan di Kecamatan Daha Selatan setelah selesai Upacara HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus setiap tahun.
4. LOMBA BALANTING PARING (BAMBOO RAFTING)
Lomba Balanting Paring dilaksanakan dalam rangkaian memperingati Hari Jadi Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kegiatan ini berlangsung selama 3 (tiga) hari antara tanggal 7 s/d 10 Desember setiap tahun.
Start dilakukan di dermaga lanting Kecamatan Loksado, menyusuri Sungai Amandit menuju Kandangan. Sebelum mencapai finish biasanya peserta bermalam (istirahat) di Desa Pagar Haur Kecamatan Padang Batung, pagi harinya meneruskan perjalanan menuju finish di Kandangan.
5. MALAM TAKBIRAN
Pada malam 1 Syawal malam pertama Hari Raya Idul Fitri acara ini digelar, gema takbir dan tahmid diiringi bunyi beduk membahana. Para kafilah bergerak menyusuri Kota Kandangan sambil melantunkan asma Allah SWT.
6. BAGARAKAN SAHUR
Kegiatan ini sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan, pada setiap malam di Bulan Ramadhan. Arak – arakan yang diiringi dengan musik dan kesenian tradisional ditampilkan menyemarakkan kegiatan ini. Bagarakan Sahur jadi magnet bagi masyarakat yang berada diperantauan untuk mudik pulang kampung. Khusus pada malam 21 Ramadhan acara ini dilombakan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah yang banyak menyimpan keragaman kesenian tradisional. Berbagai ragam seni tumbuh di daerah ini, baik seni peran, seni tutur, seni lukis, seni tari, seni musik berkembang di daerah ini, bahkan ada yang menyebar ke daerah lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan.
Kesenian tradisional tersebut, yaitu :
- MAMANDA
- WAYANG GONG
- BAPAPANTULAN
- WAYANG KULIT
- MADIHIN
- TARI TRADISIONAL
- MUSIK PANTING
- LAMUT
- Dan lain – lain
1. KAYU MANIS
Kayu Manis adalah sebutan untuk tumbuhan yang menghasilkan kulit kayu yang terasa manis. Kulit Kayu Manis ini biasanya digunakan untuk bumbu dapur, selain itu bisa juga digunakan untuk penyedap seduhan kopi. Kayu manis sudah layak dipanen ketika sudah berumur 10 tahun dengan ketebalan kulitnya mencapai sekitar 1 – 1,5 sm.
Ada 2 (dua) cara memanen kayu manis, pertama pohonnya ditebang kemudian dipotong – potong sekitar 50 cm kemudian dikuliti dan yang kedua dengan cara menguliti pada pohon yang masih tumbuh kemudian kulit kayu manis tersebut di jemur pada terik matahari. Tumbuhan kayu manis banyak didapati di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
2. ANYAMAN
Industri kecil masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan cukup banyak yang menggunakan bahan dari rotan, karena bahan baku yang cukup melimpah dan tersedianya potensi SDM yang cukup terampil untuk mengolah rotan. Banyak kerajinan yang dihasilkan dengan bahan rotan ini, antara lain tikar, tas, dan lain – lain.
3. GERABAH
Di Desa Bayanan Kecamatan Daha Selatan, tidak jauh dari Pasar Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan, wisatawan dapat menyaksikan pembuatan gerabah atau mencoba untuk membuatnya dengan alat yang sangat sederhana. Bermacam dapur dan tembingkar diolah oleh masyarakat pengrajin di daerah ini.
Mitologi suku Dayak Meratus (Dayak Bukit) menyatakan bahwa Suku Banjar (terutama Banjar Pahuluan) dan Suku Bukit merupakan keturunan dari dua kakak beradik yaitu Si Ayuh (Sandayuhan) yang menurunkan suku Bukit dan Bambang Basiwara yang menurunkan suku Banjar. Dalam khasanah cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan.
Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tapi berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang berfisik kuat dan jago berkelahi. Sesuai dengan statusnya sebagai nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Maratus, maka nama Sandayuhan sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali tempat-tempat di seantero pegunungan Meratus yang sejarah keberadaannya diceritakan berasal-usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan. Orang Banjar merupakan keturunan Dayak yang telah memeluk Islam kemudian mengadopsi budaya Jawa, Melayu, Bugis dan Cina.
Menurut Denys Lombard, pada jaman kuna sebagian besar penduduk Kalimantan Selatan (terutama daerah Batang Banyu) merupakan keturunan pendatang dari Jawa. Pendapat lain menyatakan, suku Banjar jejak akarnya dari Sumatera lebih dari 1500 tahun yang lampau. Djoko Pramono menyatakan bahwa suku Banjar berasal dari suku Orang Laut yang menetap di Kalimantan Selatan.
Suku bangsa Banjar diduga berasal mula dari penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang membangun tanah air baru di kawasan Tanah Banjar (sekarang wilayah provinsi Kalimantan Selatan) sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya,–setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan–terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala).
Banjar Pahuluan pada asasnya adalalah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus. Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami sekitar Banjarmasin dan Martapura. Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera atau sekitarnya, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu (sebelum kesultanan Banjar dihapuskan pada tahun 1860) adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukota dipindahkan ke arah pedalaman (terakhir di Martapura), nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubah lagi.
Sejak abad ke-19, suku Banjar migrasi ke pantai timur Sumatera dan Malaysia, tetapi di Malaysia Barat, suku Banjar digolongkan ke dalam suku Melayu, hanya di Tawau (Sabah, Malaysia Timur) yang masih menyebut diriya suku Banjar. Di Singapura, suku Banjar sudah luluh ke dalam suku Melayu. Sensus tahun 1930, menunjukkan banyaknya suku Banjar di luar Kalsel, tetapi sensus tahun 2000 terlihat jumlahnya mengalami penurunan.
Hulu Sungai Selatan sebagai salah satu dari daerah di Pahuluan atau Banua Lima mayoritas dihuni oleh suku Banjar dan Dayak Bukit. Kebudayaan yang terbentuk tidak lepas dari proses asimilasi kedua kebudayaan ini.
Kebudayaan eksotik yang masih bertahan di Hulu Sungai Selatan adalah budaya masyarakat Dayak Loksado. Mereka mendiami kawasan pengunungan Meratus di kecamatan Loksado yang membentang dari perbatasan HST hingga Tapin dan Kotabaru.
Terdapat tiga kali aruh ganal (pesta adat besar) yang dilaksanakan oleh masing-masing balai di atas pada setiap tahun. Aruh ganal tersebut dilaksanakan pada malam hari yaitu:
1. Aruh Basambu
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Februari, yakni ketika orang dayak selesai melaksanakan tanam padi (behuma / menugal).
2. Aruh Bawanang Lalaya
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan Juni, yakni ketika masyarakat dayak melaksanakan panen padi.
3. Aruh Bawang Banih Halin
Aruh ganal ini biasanya dilaksanakan pada bulan September. Aruh ini merupakan aruh penutup karena masarakat dayak Loksado telah selesai melaksanakan panen padi.
Acara aruh ganal diisi dengan berbagai tarian adat yang lamanya antara 3 sampai 9 hari. Tarian adat yang disajikan pada aruh ganal tersebut seperti Batandik, tari Kanjar dan tari Bangsai. Perlengkapan yang dipergunakan pada tari batandik yakni sarung, ikat pinggang kain putih, gelang hiayang, laung, gendang, manyan, kapur, baju dan celana. Pada tari kanjar perlengkapan yang diperguanakan yakni baju lengan panjang, ikat pinggang kuning, laung dan celana, sedangkan pada tari bangsai dengan penarinya khusus wanita menggunakan baju kebaya, kakamban, dan tapih bahalai.
Kegiatan tradisional yang dimiliki oleh orang dayak Loksado yang masih akses sampai sekarang yakni:
1. Naik dari manau (bersifat ghaib)
2. Tari kurung-kurung
3. Basambui (orang sakit diobati secara kebathinan)
4. Sumbiyang (membuat orang jadi sakit kemudian disembuhkan).
Dikutip dari Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Rabu, 07 Desember 2011
By aviv
Bentor Makasar, Gorontalo, Kandangan, Palangkaraya, Kota Kotamobagu
Adanya dinamika dan perkembangan di masyarakat serta kebutuhan transportasi yang sangat variatif, akhirnya di Kab. Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan tepatnya di Kandangan memunculkan sebuah alternatif baru sarana transportasi yaitu berupa Becak Motor (Bentor). Bentor ini sebenarnya sudah lama ada di kota-kota lain, seperti Gorontalo, Medan, Aceh, Makasar, Palangkaraya dll. Dalam perjalanannya di satu sisi Bentor ini menjadi solusi masalah alternatif transportasi dan juga masalah alternatif pekerjaan bagi masyarakat, namun di sisi lain juga menjadi permasalahan karena desain bentor tidak sesuai, karena tidak melalui wajib uji tipe Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor Dirjan Perhubungan Dirjen Perhubungan Darat.
Bentor Medan dan Aceh
Dari segi ukuran dan desain bentor ini dinilai sangat rentan mengalami kecelakaan dan tidak memenuhi standar keamanan bagi penumpang. Dan juga menjadi sebab adanya penurunan pemasukan bagi sopir mikrolet, dan becak sehingga menimbulkan kecemburuan karena legalitas bentor yang masih mengambang. Secara desain masyarakat sendiri melakukan modifikasi yang tidak sesuai dengan peruntukan. Mengingat dari segi aero dinamis, betor tidak mendukung sebagai sarana transportasi umum, karena pada kecepatan tertentu sangat mudah terjungkal, tidak memiliki rem depan, dan posisi penumpang berada di depan.
Di beberapa daerah yang sudah bermunculan bentor, mengalami kesulitan untuk melegal kan keberadaan bentor. Ada beberapa Aspek yang menimbulkan kesulitan ini, yaitu :
1. Aspek Legal
- Tidak memenuhi standar dan etika berlalu lintas sesuai UU No 22 Tahun 2009
- Bertentangan dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat 1109/AJ.402
Bentor sesuai Keputusan Dirjen Perhubungan Darat 1109/AJ.402/DRJD/2008
/DRJD/2008 tentang Pengesahan Rancang Bangun dan Rekayasa Rumah-rumah (Karoseri) di Landasan Kendaraan Bermotor Roda Tiga untuk Angkutan Penumpang
2. Aspek Teknis
- Penumpang berada di depan sementara hanya memiliki rem belakang
- Rawan kecelakaan bagi penumpang saat direm mendadak (penumpang bisa terlempar ke depan)
- Bentuknya yang lebar hanya disanggah satu pengendali untuk batang setir, bukan angkutan barang apalagi penumpang
- Berat maksimum daya angkut motor 100 kg. Sementara berat kosong bentor sudah mencapai 200 kg.
Bentor Pagaralam, Palembang
Dengan keluarnya Keputusan Dirjen Perhubungan Darat ini bukan berarti menyelesaikan masalah, karena mayoritas masyarakat menolak merubah desain bentor mereka dengan alasan sudah mengeluarkan dana untuk membuat kerangka bentor yang ada sekarang (Kasus di Kandangan kerangga bentor siap pakai seharga 5 juta ), dan juga desain kerangka yang ditawarkan oleh Dirjen Perhubungan Darat sangatlah mahal harganya, karena harus merubah motor yang awalnya “motor bebek” menjadi “motor laki” dan juga harga kerangka nya juga sangat mahal . Akhirnya masalah ini menjadi berlarut larut.
Bentor Kandangan : Salah satu model bentor kandangan yang berbeda dengan yang kebanyakan, Penumpang disamping.